Kamis, 12 November 2015

#4 RANGKUMAN DASAR BUKU ARSITEKTUR EKOLOGI



A. PENGANTAR EKOLOGI DASAR DAN FISIKA BANGUNAN





1.1.    Dasar-dasar ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ekologi itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis mahluk hidup dan lingkungannya. Sedangkan menurut arti kata dalam bahasa yunani ekologi berarti ilmu tentang rumah atau tempat tinggal mahluk hidup.

1.2.      Aliran dalam ekosistem

 Organisme-organisme dan kemampuannya tergantung pada aliran energi dan zat-zat yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk memproduksi materi organik. Energi surya terutama dibutuhkan untuk menjalankan peredaran materi tersebut karena elemen-elemen vital dan alat bantu yang dapat digunakan oleh organisme-organisme pada ekologi sistem alam tidak tersebar merata. Aliran ini disebut daur, siklus, atau peredaran.

1.3.       Iklim dan ruang

              Iklim merupakan susunan keadaan atmosferis dan cuaca dalam jangka waktu dan daerah tertentu. Iklim pada tempat tertentu dapat diterangkan berdasarkan urutan terjadinya keadaan-keadaan tersebut.  Sesuai dengan titik pandangan, maka bobot masing-masing keadaan berbeda dan iklim biasanya digolongkan atas 2 jenis iklim yaitu ikim makro dan iklim mikro.

1.4.       Cahaya

              Cahaya merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh aneka warna elktromagnetic, Cahaya adalah bagian penting bagi kehidupan manusia, terutama untuk mengenali lingkungan dan menjalankan aktivitasnya. Tanpa cahaya dunia gelap, menakutkan, tidak ada yang bisa dikenali, dan tidak ada keindahan visual. Dengan cahaya, manusia dapat beraktivitas dengan nyaman dan menikmati kesenian, lingkungan alam dan buatan.

1.5.       Bunyi

                Indra pendengaran adalah telinga manusia. Daun telinga berfungsi sebagai corong untuk mengumpulkan getaran bunyi. Getaran bunyi tersebut kemudian masuk kedalam lubang telinga. Bila getaran bunyi mencapai gendang telinga, maka gendang telinga akan ikut bergetar. Getaran gendang telinga menggetarkan tulang-tulang pendengaran. Selanjutnya tingkap jorong dan rumah siput (koklea) ikut bergetar, demikian pula cairan limfa di dalam rumah siput. Getaran cairan limfa merangsang ujung-ujung saraf yang menyampaikan rangsangan bunyi tersebut ke otak.



B.      PEMBANGUNAN DAN KERUSAKAN ALAM


2.1.       Ekologi dan arsitektur ekologis

                   Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal-balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur.

2.2.       Unsur  pokok eko-arsitektur dan pengaruh pencemaran pada kesehatan manusia

                   Bagi banyak manusia tradisional segala materi terdiri dari empat unsur yaitu udara (angin), air (banyu), tanah/bumi (lemah), dan api/energi (geni). Walaupun menurut pengetahuan masa kini, hal tersebut jauh lebih rumit. Empat unsur tersebut dapat dianggap sebagai awal pembicaraan hubungan timbal-balik antara gedung dan lingkungan.

2.3.       Kualitas arsitektur dan tugas sang arsitek

              Arsitektur ekologis sebenarnya lebih indah, lebih tepat guna daripada pembangunan biasa saja, yang menonjol adalah kualitas arsitektur yang tinggi. Kualitas biasanya sulit diukur dan ditentukan, terlebih lagi dari bidang arsitektur. Dimana garis batas antara arsitektur yang bermutu tinggi (berkualitas) dan arsitektur yang biasa saja.




C.      JEJAK EKOLOGIS



3.1.       Pengertian jejak ekologis dan sekitarnya

                   Setiap makhluk, manusia, binatang atau tumbuhan,merindukan kehidupan. Akan tetapi, tidak ada makhluk yang mampu memuaskan nafsu kehidupannya tanpa membatasi kualitas kehidupan makhluk yang lain. Hal ini berlaku terutama bagi manusia dengan nafsu atas kesejahteraan social, kenikmatan, dan keuntungan material yang tidak dapat terpenuhi.
Dalam hal ini diadakan dua percobaan untuk menyeimbangkan ketidakseimbangan tersebut, yaitu kode etik lingungan dan jejak ekologis (ecological footprint).

3.2.       Jejak ekologis dan pengaruh atas pembangunan

                  Tumbuhan sebagai makhluk tetap berada di tempat pengolahan sampah dalam rangka kerja sama dengan organisme perombak sehingga lingkungan hidupnya tetap terjaga. Lain hakya dengan manusia dengan berpindah-pindah tempat, misalnya manusia. Ketidakperhatian pada rantai bahan sebagai peredaran alam mengakibatkan penyakit menular dan merusak lingkungan alam sekitar.

3.3.       Alam sebagai pola perencanaan
             
                   Sstruktur-struktur alam selalu terbentuk sebagai peredaran alam rumah adalah buatan manusia walaupun demikian menurut paham orang jawa rumah dianggap memiliki wahyu, berarti rumsh jugs jsdi orgsnisme alam. Orgsnisme alam yang mengalami kelahiran,kehidupan,dan kematian dianggap sebagai konsep microkosmos.



D.      MEMBANGUN UNTUK MENGHUNI


4.1.       Hubungan antara kegiatan manusia dan ketergantungan pada tempat

                Secara garis besar ini memperhatikan pembangunan dengan sendirinya maupun arsitektur yang berarti fungsi, bentuk, proporsi, teknik, dan sebagainya bahkansbagainya mengutamakan penentuan tempat yang bertuah, penanaman bangunan di dalam tanah, hubungan-hubungan yang sungguh-sungguh di antara bangunan buatan dan dunia alam yang menyumbangkan segala kehidupan dalam agama hindu.

4.2.       Membangun sebagai organisasi fungsi

             Kehidupan pada umumya terjadi di dalam ruang yang dibangun oleh manusia. Istilah ruang (space) tidak hanya meliputi ruang dalam, tetapi juga ruang luar, misalnya jalan yang dibentuk oleh dinding, rumah, atau tanaman sekeliling. Kualitas kenyamanan, sifat, dan bentuk ruang juga mempengaruhi jiwa penghuni. Sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohani kita, mutu ruang tergantung dari suhu, cahaya, warna, bahan bangunan atau keadaan (tenang atau bising). Ukuran dan suasana ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan ruang masing-masing kegiatan.

4.3.       Cipta rasa dan karsa

             Setelah mata manusia sejak berabad-abad merupakan organ pancaindra yang utama , pembatasan yang diakibatkan kenyataan tersebut makin jelas. Pada masa kini timbul keinginan untuk memanfaatkan daya tanggap dengan semua pancaindra.
Perhatian para desain yang mengutamakan fungsi (kegunaan rumah) sering mengbaikan batas-batas kenyamanan serta daya tahan konstruksi dan bahan bangunan. Seperti telah diuraikan di atas juga, semua pancaindra (bukan hanya mata saja) seharusnya terlibat pada waktu manusia menangkap suatu gedung, suatu pandangan yang indah atau lingkungan biasa.

4.4.       Menghuni dan partisipasi penghuni

              Proses menghuni adalah proses belajar, memahami lingkungan, ruang pranata sosial di bentuk pertama kali dalam lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Sebagai proses maka menghuni berjalan seiring waktu, menyenangkan dari waktu, atau menjadi suatu tekanan yang harus dihindari karena berbagai tuntutan yang dibutuhkan untuk memahami, mengikat agar semua bagian dalam pelajaran menghuni terwujud dalam hidup di lingkungan keluarga.

E.       MEMBANGUN SECARA EKOLOGIS (basic eco-design standard)



5.1.       Kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan

                 Perkembangan kawasan bangunan yang liar dan tidak teratur akan menghancurkan kehidupan alam dan menciptakan kota yang layak dihuni. Kota dan pedalaman harus berinteraksi seperti jari yang disambungkan satu sama lain. Jika lahan berbukit-bukit, maka dataran dan lembah dimanfaatkan untuk pedesaan dan pertanian, sedangkan lerengan merupakan perkotaan.

5.2.       Tapak bangunan bebas gangguan geobiologis dan radiasi elektromagnetik buatan yang minimal

                 Selain komunikasi antara manusia dan ibu bumi, radiasi lingkungan, irama aktivitas matahari atau cuaca, memengaruhi kehidupan secara positif karena terjadi secara terus-menerus. Jika pengintensifan radiasi berubah menjadi stabil, maka pengaruhnya atas kehidupan bias negative, berarti akan menimbulkan segala penyakit.

5.3.       Rantai bahan dan bahan bangunan ekologis

5.3.1   Pembangunan dan kesehatan
5.3.2   Bahan bangunan ekologis
5.3.3   Peredaran bahan dan rantai bahan

5.4.       Ventilasi alam dalam gedung

5.4.1   Penyegaran udara secara pasif
5.4.2   Penyegaran udara secara aktif

5.5.       Kelembapan sebagai ancaman konstruksi dan kesehatan

5.5.1   Lapisan permukaan dinding/langit yang mampu mengalirkan uap air
5.5.2   Kelembapan tanah dan konstruksi bangunan yang kering
5.5.3   Kesinambungan pada struktur dan konstruksi

5.6.       Kesinambungan pada struktur

                Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Jika bambu dipilih sebagai bagian strktur, bagian sekunder, bagian finishing, ataupun bagian utilitas, maka harus selalu dipertimbangkan bahwa masa pakai (life span) bambu terbatas jika dibandingkan dengan kayu, baja, atau beton bertulang.
Berdasarkan kenyataan tersebut, pikiran selanjutnya mengikuti prinsip structural, dimana setiap unsur bangunan yang lebih kuat. Makin banyak bagian bangunan yang tahan lama, makin kecil biaya pemeliharaannya.

5.7.       Bentuk/proporsi ruang

5.7.1   Penentuan bentuk
     Di bidang arsitektur, ukuran biasanya berhubungan dengan hunian manusia, tetapi karena ukuran gedung secara metafistis dapat disamakan dengan mikrokosmos yang melambang makrokosmos mengandung cirri fisis maupun metafisis.

5.7.2   Arsitektur harmonikal
      Gagasam tentang kosmos yang harmonikal dan kesamaan di antara ilmu fisika dan tanggapan di bidang music tampil ke depan pada teori kuantum. Pentingnya angka bulat terhadap angka bulat terhadap angka diferensial dan integral dalam dalil ilmu gerak dan analisa spectral menunjukkan kebenaran pengetahuan kuno tersebut.

5.8.       Pembangunan berkelanjutan (ekologis)

           Setiap konstruksi bangunan yang didirikan oleh manusia dari bahan bangunan apapun, sesudah selesai akan menjadi tua, lemah, dan dikemudian hari mulai runtuh. Lain halnya dengan konstruksi alamiah (pembangunan konstruksi oleh alam sendiri)yang pada saat mulai memanfaatkannya akan tumbuh, kemudian bertambah kuat, dan makin tua, makin tahan lama.

5.9.       Bangunan bebas hambatan dan mobilitas

           Dari segi sosial maupun ekonomi, bangunan seharusnya bebas hambatan, bangunan dapat di manfaatkan oleh semua orang.


F.       MEMBANGUN KEMBALI DAN RESIKLING


6.1.       Membangun kembali dan mengganti kerugian

                   Membangun berarti membongkar dengan seksama atau memperbaiki kesalahan yang telah dibangun shingga dosa dosa arsitek masa kini dapat termaafkan.

6.2.       Sampah asal dari kegiatan pembangunan dan susunannya
                  
                    Penumpukan sampah secara liar dapat mengancam lingkungan dengan kebakaran sampah yang tidak terkontrol, merupakan sumber racun dan penyakit.

6.3.       Pengolahan sampah

                     Pentingnya sistem pengolahan sampah dapat disamakan dengan pentingnya sistem air bersih dan juga limbah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar